PT.ARMINA PELAYANAN TERBAIK DAN TERPERCAYA SEJAK THN 1990 WUJUDKAN NIAT KITA KETANAH SUCI: DAPATKAN UMROH GRATIS DAN KERJASAMA PERWAKILAN. SEGERA HUBUNGI DIVISI MARKETING ARMINA UST. CHANDRA (081213356550)

Kamis, 28 Februari 2013

RAHASIA CARA MENDIDIK ANAK

10 RAHASIA SUKSES DALAM MENDIDIK ANAK

          Kesempurnaan sifat pendidik memang hanya milik para rasul, Namun kerahkan segenap kemampuan untuk meraih dan memiliki sifat-sifat itu. Sebab, kita juga menjadi focus teladan pendidikan bagi generasi baru.  Paling tidak sebagai focus teladan bagi anak-anak kita.  Mereka akan senantiasa menyorot kita selaku seorang pendidik dan pembimbing.  Kitalah contoh nyata yang mereka saksikan dalam kehidupan. Inilah sepuluh karakter yang harus anda miliki, baik sebagai Guru maupun orang tua.

1.     Ikhlas.

Rawat dan didiklah anak dengan penuh ketulusan dan niat ikhlas semata-mata mengharapkan keridhaan Allah Swt dalam seluruh aktivitas edukatif, baik berupa perintah, larangan, nasehat, pengawasan maupun hukuman.
Ikhlas dalam perkataan dan perbuatan termasuk pondasi iman dan merupakan keharusan dalam Islam. Allah tidak akan menerima suatu amal perbuatan tanpa keikhlasan.  Allah Swt berfirman:

“Dan mereka tidak diperintahkan kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepadaNya dalam menjalankan agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat, dan yang demikian itulah agama yang lurus”.  (QS. Al-Bayyinah: 5)

Rasulullah Saw bersabda:
“Sesungguhnya amal perbuatan tergantung pada niat, dan sesungguhnya setiap orang akan mendapatkan sesuai yang ia niatkan”.

          Ya benar, kita akan memperoleh hasil kerja kita menurut kadar niat yang terpatri dalam hati kita.  Semakin tinggi tingkat ketulusan dan keikhlasan, semakin besar pula balasannya di akhirat dan semakin tinggi pula martabat kita disisi Allah.
Niat yang ikhlas, selain mendatangkan keridhaan dan pahala Allah Swt, juga akan meneguhkan hati kita di saat ujian dating.  Dan hati kita akan tetap lapang, bagaimanapun hasil yang kita raih setelah usaha dan do’a.

2.     Bertakwa.

Inilah sifat terpenting yang harus dimiliki seorang pendidik.  Yaitu takwa yang didefinisikan oleh para ulama:
“Menjaga agar Allah tidak mendapatimu pada perkara yang Dia larang, dan jangan sampai Allah tidak mendapatimu pada perkara yang Dia perintahkan”.

Yakni mengerjakan segala yang dia perintahkan dan menjauhi segala yang Dia larang.
Atau sebagaimana yang dikatakan ulama lain:
“Manjaga diri dari adzab Allah dengan mengerjakan amal shalih dan merasa takut kepadaNya, baik secara sembunyi-sembunyi maupun terang-terangan”.

   Yakni menjaga diri dari azab Allah dengan senantiasa merasa di bawah pengawasanNya. Dan senantiasa menapaki jalan yang telah dia gariskan baik saat sendiri maupun di hadapan manusia.
Hiasi diri dengan ketakwaan, sebab pendidik/orang tua adalah contoh dan panutan sekaligus penanggungjawab pertama dalam pendidikan anak berdasarkan iman dan islam.  Jika pendidik tidak menghiasi diri dengan takwa, baik dalam perilaku, ucapan dan pergaulan, maka ini menjadi malapetaka besar bagi si pendidik dan anak didiknya dan menjadi musibah dalam dunia pendidikan.  Kata pepatah mengatakan, ‘guru kencing berdiri murid kencing berlari’.

Hiasi diri dengan ketakwaan..!
Ingatlah janji Allah bahwa dia akan memudahkan urusan orang yang bertakwa, akan member jalan keluar baginya dan memberinya rizki dari arah yang tak ia sangka-sangka.

Allah Swt berfirman:
“Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rizki dari arah yang tidak disangka-sangka.”
(QS. Ath Thalaq: 2-3).

“Dan barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Allah menjadikan baginya kemudahan dalam urusannya”. (QS. Ath Thalaq: 4)

      Anak yang sholeh adalah rizki. Mudah-mudahan karena ketakwaanmu, Allah berkenan memberikan jalan keluar bagi setiap urusanmu dan memberikan rizki yang baik kepadamu.

3.     Berilmu.

Sebuah keharusan, bahwa pendidik harus berbekal ilmu yang memadai. Ia harus memiliki pengetahuan tentang konsep-konsep dasar pendidikan dalam islam. Mengetahui halal haram, prinsip-prinsip etika islam serta memahami secara global peraturan-peraturan dan kaedah-kaedah syari’at Islam.

Mengapa?
Karena dengan mengetahui semua itu, pendidik akan menjadi seorang alim yang bijak, meletakkan segala sesuatu pada tempatnya, mampu bersikap proporsional dalam member materi pendidikan, mendidik anak dengan pokok-pokok persyaratannya.  Mendidik dan memperbaiki dengan berpijak pada dasar-dasar yang kokoh.  Mendidik dan mengarahkan anak didik dengan ajaran-ajaran al-qur’an dan sunnah Rasulullah Saw, memberikan contoh yang baik kepada mereka dengan keteladanan yang agung dari Nabi dan para sahabat beliau.

Sebaliknya, jika pendidik tidak mengetahui semua itu, lebih-lebih tentang konsep-konsep dasar pendidikan anak, maka si anak akan dilanda kemelut spiritual, moral, mental dan sosial.
Anak akan menjadi manusia yang tidak berharga dan diragukan eksistensinya dalam semua aspek kehidupan. Sebab, orang yang tidak mempunyai sesuatu, bagaimana ia akan memberikan sesuatu kepada orang lain?

Bagaimana mungkin lampu tak berminyak dapat menerangi sekitarnya?
Betapa banyak orang tua yang berbuat aniaya terhadap anak-anaknya disebabkan mereka tak paham pokok-pokok pendidikan?

Betapa banyak anak yang terjerumus dalam kesengsaraan karena pendidikan tidak mengetahui ilmu syari’at?

Tidak diragukan, bahwa tanggungjawabnya sangat besar di hadapan Allah Swt, pada hari ketika harta benda dan anak-anak tidak dapat menolong.

“Dan tahanlah mereka (ditempat  perhentian) karena sesungguhnya mereka akan ditanya” (QS. Ash-Shaffaat:24)

Maka seorang pendidik harus membekali diri dengan segala ilmu pengetahuan yang bermanfaat dan metode-metode pendidikan yang sesuai, untuk mendidik generasi muslim.

4.     Bertanggungjawab

Milikilah rasa tanggungjawab yang besar dalam pendidikan anak, baik aspek keimanan maupun tingkah laku kesehariannya.  Dalam pembentukan anak, baik aspek jasmani maupun rohaninya.  Da dalam mempersiapkan anak, baik aspek mental maupun sosialnya.  Rasa tanggungjawab ini akan senantiasa mendorong upaya menyeluruh dalam mengawasi anak dan memperhatikannya, mengarahkan dan mengikutinya, membiasakan dan melatihnya.
Sebaliknya jika rasa tanggungjawab ini pudar, lalu orang tua melalaikan dan mengabaikan tugas pengawasannya, maka secara bertahap anak bisa terjerumus dalam kerusakan. Dan jika kelalaian ini berlangsung terus-menerus maka akan menjadi ancaman yang sangat membahayakan. Anak akan semakin parah kerusakannya, dan teramat sulit untuk memperbaikinya.  Orang tua akan menyesal, tapi sesal kemudian tiada berguna.
5.     Sabar dan Tabah
Dua sifat ini mutlak dibutuhkan oleh setiap pendidik. Sebab dalam proses pendidikan tentu sangat banyak tantangan dan ujian.  Baik tantangan yang berasal dari diri kita sendiri, anak didik, maupun tantangan dari luar lingkungan. Kita harus bisa melaksanakan sebaik-baiknya kewajiban mendidik anak di antara tugas dan tanggungjawab kita yang lainnya. Kita akan dihadapkan kepada berbagai macam karakter anak. Ulah dan tingkah mereka yang sangat menuntut kesabaran dalam menghadapinya. Ditambah lagi dengan factor luar, baik lingkungan sekitar, kawan bergaul, berbagai macam media dan lain sebagainya. Menghadapi semua tantangan dan ujian ini, kita tidak boleh menanggalkan sifat ketabahan dan kesabaran meski hanya sekejap.  Jika tidak niscaya ancaman kegagalan terpampang di depan mata.
Dari sini dapat kita lihat dengan jelas di antara hikmah pujian Rasulullah Saw, kepada Asyai Abdul Qeis:
“Sesungguhnya pada dirimu terdapat dua sifat yang disukai oleh Allah, yaitu ketabahan dan ketelitian”.

6.     Lemah Lembut dan Tidak Kasar.
Inilah salah satu sifat yang dicintai Allah dan disukai oleh manusia. Pada hakekatnya setiap jiwa menyukai kelembutan.  Terlebih lagi jiwa anak yang masih polos dan lugu.  Setiap anak sangat merindukan sosok pendidik yang ramah dan lemah lembut. Sebaliknya, jiwa anak akan phobi dengan karakter pendidik yang kasar dan kejam.  Rasulullah saw adalah sosok pendidik yang penuh kelembutan.  Sifat lemah lembut dalam mendidik anak akan mendatangkan banyak kebaikan. Sebaliknya, sikap kasar akan membawa keburukan. Disamping itu, sikap kasar dapat meninggalkan trauma dan memori buruk dalam jiwa dan ingatan si anak.
Rasulullah Saw bersabda:
“Sesungguhnya Allah Swt itu Maha Lembut dan menyukai kelemah lembutan dalam segala urusa”.
Rasulullah Saw bersabda:
“Sesungguhnya Allah Swt, Maha Lemah Lembut dan menyukai kelemah lembutan.  Dia akan memberikan kepada orang yang ramah sesuatu yang tidak dia berikan kepada orang yang kasar dan sesuatu yang tidak dia berikan kepada selainnya”.
Rasulullah Saw bersabda:
“Sesungguhnya sifat lemah lembut itu tidaklah ada pada sesuatu kecuali ia akan menghiasinya.  Dan tidaklah sifat lemah lembut itu tercabut dari sesuatu kecuali akan menjadikannya buru”.
          Karena itulah, jika sifat lemah lembut ini tidak kita miliki niscaya akan terluput banyak kebaika.   Sifat lemah lembut ini akan membuat anak menjadi nyaman dan lebih mudah dalam menerima pengajaran. Dan secara tidak langsung sifat lemah lembut ini akan mewarnai karekter anak dan insya Allah sifat ini dengan sendirinya akan menurun kepadanya.  Jika demikian halnya tentu orang pertama yang akan merasakan kebaikannya adalah kedua orang tuanya.
7.     Penyayang.

Kita sering tak sadar, bahwa anak-anak yang masih bersih dan polos itu lebih bisa membaca perasaan orang yang berinteraksi dengannya. Seorang anak lebih obyektif dalam memberikan penilaian.  Mereka dapat merasakan mana orang yang menyayanginya dan mana yang tidak memiliki perasaan sayang kepadanya. Perasaan sayang ini yang akan menjadi penghangat suasana dan menjadikan proses pengajaran menjadi nyaman dan menyenangkan.  Salah satu kunci kesuksesan Rasulullah Saw dalam mendidik para sahabatnya adalah sifat beliau yang ramah lagi penyayang. Sikap yang memberikan kesan mendalam bagi orang lain.  Abu Sulaiman Malik bin Huwairits menceritakan, “kami pernah datang menghadap Rasulullah saw bersama rombongan. Ketika itu kami adalah para pemuda yang sebaya, kami tinggal bersama beliau selama dua puluh hari.  Rasulullah Saw adalah seorang yang penyayang lagi ramah. Akhirnya beliau mengerti bahwa kami telah merindukan keluarga kami.  Lalu beliau menanyakan kepada kami tentang siapa saja dari keluarga kami yang tinggal di rumah dan kamipun memberitahukan kepada beliau.  Setelah itu beliau berkata, “Sekarang kembalilah kepada keluargamu masing-masing dan tinggallah bersama mereka. Ajarilah mereka dan berbuat baiklah kepada mereka.  Laksanakanlah shalat begini di waktu begini, dan begini di waktu begini. Jika telah masuk waktu shalat, maka hendaklah salah seorang dari kalian mengumandangkan adzan dan hendaklah yang mengimami adalah yang paling tua usianya di antara kalian”.

Anas ra, meriwayatkan, “seorang wanita mendatangi aisyah ra, lalu aisyah memberikannya tiga butir kurma.  Wanita itu member tiap-tiap anaknya satu butir kurma dan menyisakan satu butir untuk dirinya. Lalu kedua anak itu memakan kedua kurma tersebut lalu melihat kurma yang ada pada ibunya. Lalu wanita itu membelah dua kurma itu lalu member masing-masing setengah kepada kedua anaknya itu. Tak lama kemudian Rasulullah Saw datang, lalu aisyah menceritakan hal itu kepada beliau.  Maka Rasulullah Saw bersabda:
“Apakah kamu takjub melihatnya? Sunggu Allah telah merahmatinya karena kasih sayangnya kepada kedua anaknya”.
8.     Lunak dan Fleksibel.

Lunak dan fleksibel bukan maksudnya lemah dan tidak tegas.  Namun harus difahami secara luas dan menyeluruh. Maksudnya di sini lebih mengarah kepada sikap mempermudah urusan dan tidak mempersulitnya. Rasulullah Saw bersabda:

“Permudahlah, jangan membuat sulit dan berikanlah berita gembira, janganlah kalian membuat orang lain lari”.
          Demikian juga, hendaknya seorang pendidik memilih kemudahan yang dibolehkan oleh syari’at.  Misalnya jika dihadapkan pada dua pilihan, maka pendidik yang bijak akan memilih yang paling ringan dan mudah selama hal itu bukan perkara haram. Demikianlah yag dicontohkan oleh Rasulullah saw, aisyah berkata: tidaklah Rasulullah saw dihadapkan pada dua pilihan, kecuali beliau memilih yang paling ringan (mudah) selama bukan merupakan dosa”
Dalam sebuah Hadist Rasulullah Saw bersabda:
“Maukah kalian aku beritahu tentang orang yang haram bagi neraka atau neraka haram baginya neraka itu haram atas setiap orang yang mudah dekat dengan orang lain, lunak (fleksibel) dan mudah (bergaul)”.
9.     Tidak Mudah Marah.
Sifat mudah marah merupakan bagian dari sifat negative dalam pendidikan. Jika seorang pendidik mampu mengendalikan diri dan menahan amarahnya, maka hal itu akan membawa keberuntungan bagi dirinya dan juga anak-anaknya. Karena sebagian besar kemarahan itu datangnya dari setan.
Perasaan anak sangatlah peka, mereka dapat membedakan manakah nasehat yang didorong oleh kemarahan dan menakah nasehat yang didorong oleh rasa kasih sayang.  Dan tentu pengaruhnya bagi hati juga akan berbeda.   Dampak buruk yang lain dari sifat mudah marah ini adalah anak akan merasa aman ketika bersalah, menunggu sampai orang tuanya benar-benar marah. Dan anak yang terbiasa dididik dengan kekerasan dan kemarahan akan kebal dengan nasehat dan gamang dengan kelemah lembutan.  Karena itu ketika ada seseorang meminta nasehat kepada Rasulullah Saw beliau bersabda: “ jangan marah! Orang itu mengulangnya beberapa kali, namun beliau tetap mengatakan, jangan marah”.
10.            Dekat Namun Berwibawa.

Pendidik atau orang tua yang sukses adalah pendidik yang benar-benar dekat di hati anak.  Anak selalu merindukannya.  Mereka merasa gembira dan bahagia bersamanya.  Ya, pendidik yang mengasihi dan dikasihi.  Anak bukan takut padanya, namun mereka sayang, hormat dan segan melanggar perintah dan kata-katanya.

Kita bisa melihat bahwa Rasulullah saw selalu dekat dan akrab dengan anak-anak.  Bukan hanya terhadap Alhasan dan Alhusein, cucu beliau, tetapi juga anak-anak yang lainnya.  Namun kedekatan beliau itu tidak membuat anak berani berbuat semaunya, tanpa bisa diatur. Sebaliknya setiap nasehat dan petuah beliau menghujam begitu dalam di hati mereka.  Beliau adalah pendidik yang akrab lagi penuh wibawa.

Demikian artikel ini kami tulis, semoga anak-anak kita menjadi anak sholeh dan sholehah, dan menjadi generasi yang Rabbani, amiin ya robbal ‘alamiin.
Semoga manfaat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar