RAHASIA CARA MENDIDIK ANAK
10 RAHASIA SUKSES DALAM MENDIDIK
ANAK
Kesempurnaan sifat pendidik memang hanya
milik para rasul, Namun kerahkan segenap kemampuan untuk meraih dan memiliki
sifat-sifat itu. Sebab, kita juga menjadi focus teladan pendidikan bagi
generasi baru. Paling tidak sebagai focus
teladan bagi anak-anak kita. Mereka akan
senantiasa menyorot kita selaku seorang pendidik dan pembimbing. Kitalah contoh nyata yang mereka saksikan
dalam kehidupan. Inilah sepuluh karakter yang harus anda miliki, baik sebagai Guru
maupun orang tua.
1. Ikhlas.
Rawat
dan didiklah anak dengan penuh ketulusan dan niat ikhlas semata-mata
mengharapkan keridhaan Allah Swt dalam seluruh aktivitas edukatif, baik berupa
perintah, larangan, nasehat, pengawasan maupun hukuman.
Ikhlas dalam perkataan
dan perbuatan termasuk pondasi iman dan merupakan keharusan dalam Islam. Allah
tidak akan menerima suatu amal perbuatan tanpa keikhlasan. Allah Swt berfirman:
“Dan
mereka tidak diperintahkan kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan
ketaatan kepadaNya dalam menjalankan agama yang lurus, dan supaya mereka
mendirikan shalat dan menunaikan zakat, dan yang demikian itulah agama yang
lurus”. (QS. Al-Bayyinah: 5)
Rasulullah Saw
bersabda:
“Sesungguhnya
amal perbuatan tergantung pada niat, dan sesungguhnya setiap orang akan
mendapatkan sesuai yang ia niatkan”.
Ya benar, kita akan memperoleh hasil
kerja kita menurut kadar niat yang terpatri dalam hati kita. Semakin tinggi tingkat ketulusan dan
keikhlasan, semakin besar pula balasannya di akhirat dan semakin tinggi pula
martabat kita disisi Allah.
Niat yang
ikhlas, selain mendatangkan keridhaan dan pahala Allah Swt, juga akan
meneguhkan hati kita di saat ujian dating.
Dan hati kita akan tetap lapang, bagaimanapun hasil yang kita raih
setelah usaha dan do’a.
2.
Bertakwa.
Inilah sifat
terpenting yang harus dimiliki seorang pendidik. Yaitu takwa yang didefinisikan oleh para
ulama:
“Menjaga
agar Allah tidak mendapatimu pada perkara yang Dia larang, dan jangan sampai
Allah tidak mendapatimu pada perkara yang Dia perintahkan”.
Yakni mengerjakan segala yang dia perintahkan dan menjauhi segala yang Dia larang.
Atau sebagaimana
yang dikatakan ulama lain:
“Manjaga
diri dari adzab Allah dengan mengerjakan amal shalih dan merasa takut
kepadaNya, baik secara sembunyi-sembunyi maupun terang-terangan”.
Yakni menjaga diri dari azab Allah
dengan senantiasa merasa di bawah pengawasanNya. Dan senantiasa menapaki jalan
yang telah dia gariskan baik saat sendiri maupun di hadapan manusia.
Hiasi diri
dengan ketakwaan, sebab pendidik/orang tua adalah contoh dan panutan sekaligus
penanggungjawab pertama dalam pendidikan anak berdasarkan iman dan islam. Jika pendidik tidak menghiasi diri dengan
takwa, baik dalam perilaku, ucapan dan pergaulan, maka ini menjadi malapetaka
besar bagi si pendidik dan anak didiknya dan menjadi musibah dalam dunia
pendidikan. Kata pepatah mengatakan,
‘guru kencing berdiri murid kencing berlari’.
Hiasi diri
dengan ketakwaan..!
Ingatlah janji
Allah bahwa dia akan memudahkan urusan orang yang bertakwa, akan member jalan
keluar baginya dan memberinya rizki dari arah yang tak ia sangka-sangka.
Allah Swt
berfirman:
“Barangsiapa
yang bertakwa kepada Allah niscaya dia akan mengadakan baginya jalan keluar.
Dan memberinya rizki dari arah yang tidak disangka-sangka.”
(QS.
Ath Thalaq: 2-3).
“Dan
barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Allah menjadikan baginya
kemudahan dalam urusannya”. (QS. Ath Thalaq: 4)
Anak yang sholeh adalah rizki.
Mudah-mudahan karena ketakwaanmu, Allah berkenan memberikan jalan keluar bagi
setiap urusanmu dan memberikan rizki yang baik kepadamu.
3.
Berilmu.
Sebuah
keharusan, bahwa pendidik harus berbekal ilmu yang memadai. Ia harus memiliki
pengetahuan tentang konsep-konsep dasar pendidikan dalam islam. Mengetahui halal
haram, prinsip-prinsip etika islam serta memahami secara global
peraturan-peraturan dan kaedah-kaedah syari’at Islam.
Mengapa?
Karena
dengan mengetahui semua itu, pendidik akan menjadi seorang alim yang bijak,
meletakkan segala sesuatu pada tempatnya, mampu bersikap proporsional dalam
member materi pendidikan, mendidik anak dengan pokok-pokok persyaratannya. Mendidik dan memperbaiki dengan berpijak pada
dasar-dasar yang kokoh. Mendidik dan
mengarahkan anak didik dengan ajaran-ajaran al-qur’an dan sunnah Rasulullah
Saw, memberikan contoh yang baik kepada mereka dengan keteladanan yang agung
dari Nabi dan para sahabat beliau.
Sebaliknya,
jika pendidik tidak mengetahui semua itu, lebih-lebih tentang konsep-konsep
dasar pendidikan anak, maka si anak akan dilanda kemelut spiritual, moral,
mental dan sosial.
Anak
akan menjadi manusia yang tidak berharga dan diragukan eksistensinya dalam
semua aspek kehidupan. Sebab, orang yang tidak mempunyai sesuatu, bagaimana ia
akan memberikan sesuatu kepada orang lain?
Bagaimana
mungkin lampu tak berminyak dapat menerangi sekitarnya?
Betapa
banyak orang tua yang berbuat aniaya terhadap anak-anaknya disebabkan mereka
tak paham pokok-pokok pendidikan?
Betapa
banyak anak yang terjerumus dalam kesengsaraan karena pendidikan tidak
mengetahui ilmu syari’at?
Tidak
diragukan, bahwa tanggungjawabnya sangat besar di hadapan Allah Swt, pada hari
ketika harta benda dan anak-anak tidak dapat menolong.
“Dan tahanlah
mereka (ditempat perhentian) karena
sesungguhnya mereka akan ditanya” (QS. Ash-Shaffaat:24)
Maka
seorang pendidik harus membekali diri dengan segala ilmu pengetahuan yang
bermanfaat dan metode-metode pendidikan yang sesuai, untuk mendidik generasi
muslim.
4.
Bertanggungjawab
Milikilah rasa tanggungjawab yang besar dalam
pendidikan anak, baik aspek keimanan maupun tingkah laku kesehariannya. Dalam pembentukan anak, baik aspek jasmani
maupun rohaninya. Da dalam mempersiapkan
anak, baik aspek mental maupun sosialnya.
Rasa tanggungjawab ini akan senantiasa mendorong upaya menyeluruh dalam
mengawasi anak dan memperhatikannya, mengarahkan dan mengikutinya, membiasakan
dan melatihnya.
Sebaliknya jika rasa tanggungjawab ini pudar, lalu
orang tua melalaikan dan mengabaikan tugas pengawasannya, maka secara bertahap
anak bisa terjerumus dalam kerusakan. Dan jika kelalaian ini berlangsung
terus-menerus maka akan menjadi ancaman yang sangat membahayakan. Anak akan
semakin parah kerusakannya, dan teramat sulit untuk memperbaikinya. Orang tua akan menyesal, tapi sesal kemudian
tiada berguna.
5. Sabar dan Tabah
Dua sifat ini mutlak dibutuhkan oleh setiap
pendidik. Sebab dalam proses pendidikan tentu sangat banyak tantangan dan
ujian. Baik tantangan yang berasal dari
diri kita sendiri, anak didik, maupun tantangan dari luar lingkungan. Kita
harus bisa melaksanakan sebaik-baiknya kewajiban mendidik anak di antara tugas
dan tanggungjawab kita yang lainnya. Kita akan dihadapkan kepada berbagai macam
karakter anak. Ulah dan tingkah mereka yang sangat menuntut kesabaran dalam
menghadapinya. Ditambah lagi dengan factor luar, baik lingkungan sekitar, kawan
bergaul, berbagai macam media dan lain sebagainya. Menghadapi semua tantangan
dan ujian ini, kita tidak boleh menanggalkan sifat ketabahan dan kesabaran
meski hanya sekejap. Jika tidak niscaya
ancaman kegagalan terpampang di depan mata.
Dari sini dapat kita lihat dengan jelas di antara
hikmah pujian Rasulullah Saw, kepada Asyai Abdul Qeis:
“Sesungguhnya pada dirimu terdapat
dua sifat yang disukai oleh Allah, yaitu ketabahan dan ketelitian”.
6. Lemah Lembut dan Tidak Kasar.
Inilah salah satu sifat yang dicintai Allah dan
disukai oleh manusia. Pada hakekatnya setiap jiwa menyukai kelembutan. Terlebih lagi jiwa anak yang masih polos dan
lugu. Setiap anak sangat merindukan
sosok pendidik yang ramah dan lemah lembut. Sebaliknya, jiwa anak akan phobi
dengan karakter pendidik yang kasar dan kejam.
Rasulullah saw adalah sosok pendidik yang penuh kelembutan. Sifat lemah lembut dalam mendidik anak akan
mendatangkan banyak kebaikan. Sebaliknya, sikap kasar akan membawa keburukan.
Disamping itu, sikap kasar dapat meninggalkan trauma dan memori buruk dalam
jiwa dan ingatan si anak.
Rasulullah
Saw bersabda:
“Sesungguhnya Allah Swt itu Maha
Lembut dan menyukai kelemah lembutan dalam segala urusa”.
Rasulullah
Saw bersabda:
“Sesungguhnya Allah Swt, Maha Lemah
Lembut dan menyukai kelemah lembutan.
Dia akan memberikan kepada orang yang ramah sesuatu yang tidak dia
berikan kepada orang yang kasar dan sesuatu yang tidak dia berikan kepada
selainnya”.
Rasulullah
Saw bersabda:
“Sesungguhnya sifat lemah lembut
itu tidaklah ada pada sesuatu kecuali ia akan menghiasinya. Dan tidaklah sifat lemah lembut itu tercabut
dari sesuatu kecuali akan menjadikannya buru”.
Karena itulah, jika sifat lemah lembut
ini tidak kita miliki niscaya akan terluput banyak kebaika. Sifat lemah lembut ini akan membuat anak
menjadi nyaman dan lebih mudah dalam menerima pengajaran. Dan secara tidak
langsung sifat lemah lembut ini akan mewarnai karekter anak dan insya Allah
sifat ini dengan sendirinya akan menurun kepadanya. Jika demikian halnya tentu orang pertama yang
akan merasakan kebaikannya adalah kedua orang tuanya.
7. Penyayang.
Kita
sering tak sadar, bahwa anak-anak yang masih bersih dan polos itu lebih bisa
membaca perasaan orang yang berinteraksi dengannya. Seorang anak lebih obyektif
dalam memberikan penilaian. Mereka dapat
merasakan mana orang yang menyayanginya dan mana yang tidak memiliki perasaan
sayang kepadanya. Perasaan sayang ini yang akan menjadi penghangat suasana dan
menjadikan proses pengajaran menjadi nyaman dan menyenangkan. Salah satu kunci kesuksesan Rasulullah Saw
dalam mendidik para sahabatnya adalah sifat beliau yang ramah lagi penyayang.
Sikap yang memberikan kesan mendalam bagi orang lain. Abu Sulaiman Malik bin Huwairits menceritakan,
“kami pernah datang menghadap Rasulullah saw bersama rombongan. Ketika itu kami
adalah para pemuda yang sebaya, kami tinggal bersama beliau selama dua puluh
hari. Rasulullah Saw adalah seorang yang
penyayang lagi ramah. Akhirnya beliau mengerti bahwa kami telah merindukan
keluarga kami. Lalu beliau menanyakan
kepada kami tentang siapa saja dari keluarga kami yang tinggal di rumah dan
kamipun memberitahukan kepada beliau.
Setelah itu beliau berkata, “Sekarang kembalilah kepada keluargamu masing-masing
dan tinggallah bersama mereka. Ajarilah mereka dan berbuat baiklah kepada
mereka. Laksanakanlah shalat begini di
waktu begini, dan begini di waktu begini. Jika telah masuk waktu shalat, maka
hendaklah salah seorang dari kalian mengumandangkan adzan dan hendaklah yang
mengimami adalah yang paling tua usianya di antara kalian”.
Anas
ra, meriwayatkan, “seorang wanita mendatangi aisyah ra, lalu aisyah
memberikannya tiga butir kurma. Wanita
itu member tiap-tiap anaknya satu butir kurma dan menyisakan satu butir untuk
dirinya. Lalu kedua anak itu memakan kedua kurma tersebut lalu melihat kurma
yang ada pada ibunya. Lalu wanita itu membelah dua kurma itu lalu member
masing-masing setengah kepada kedua anaknya itu. Tak lama kemudian Rasulullah
Saw datang, lalu aisyah menceritakan hal itu kepada beliau. Maka Rasulullah Saw bersabda:
“Apakah kamu takjub melihatnya?
Sunggu Allah telah merahmatinya karena kasih sayangnya kepada kedua anaknya”.
8. Lunak dan Fleksibel.
Lunak
dan fleksibel bukan maksudnya lemah dan tidak tegas. Namun harus difahami secara luas dan
menyeluruh. Maksudnya di sini lebih mengarah kepada sikap mempermudah urusan
dan tidak mempersulitnya. Rasulullah Saw bersabda:
“Permudahlah, jangan membuat sulit
dan berikanlah berita gembira, janganlah kalian membuat orang lain lari”.
Demikian juga, hendaknya seorang
pendidik memilih kemudahan yang dibolehkan oleh syari’at. Misalnya jika dihadapkan pada dua pilihan,
maka pendidik yang bijak akan memilih yang paling ringan dan mudah selama hal
itu bukan perkara haram. Demikianlah yag dicontohkan oleh Rasulullah saw,
aisyah berkata: tidaklah Rasulullah saw dihadapkan pada dua pilihan, kecuali
beliau memilih yang paling ringan (mudah) selama bukan merupakan dosa”
Dalam
sebuah Hadist Rasulullah Saw bersabda:
“Maukah kalian aku beritahu tentang
orang yang haram bagi neraka atau neraka haram baginya neraka itu haram atas
setiap orang yang mudah dekat dengan orang lain, lunak (fleksibel) dan mudah
(bergaul)”.
9. Tidak Mudah Marah.
Sifat mudah marah merupakan bagian dari sifat
negative dalam pendidikan. Jika seorang pendidik mampu mengendalikan diri dan
menahan amarahnya, maka hal itu akan membawa keberuntungan bagi dirinya dan
juga anak-anaknya. Karena sebagian besar kemarahan itu datangnya dari setan.
Perasaan
anak sangatlah peka, mereka dapat membedakan manakah nasehat yang didorong oleh
kemarahan dan menakah nasehat yang didorong oleh rasa kasih sayang. Dan tentu pengaruhnya bagi hati juga akan
berbeda. Dampak buruk yang lain dari
sifat mudah marah ini adalah anak akan merasa aman ketika bersalah, menunggu sampai
orang tuanya benar-benar marah. Dan anak yang terbiasa dididik dengan kekerasan
dan kemarahan akan kebal dengan nasehat dan gamang dengan kelemah
lembutan. Karena itu ketika ada
seseorang meminta nasehat kepada Rasulullah Saw beliau bersabda: “ jangan marah! Orang itu mengulangnya
beberapa kali, namun beliau tetap mengatakan, jangan marah”.
10.
Dekat
Namun Berwibawa.
Pendidik atau orang tua yang sukses adalah pendidik
yang benar-benar dekat di hati anak.
Anak selalu merindukannya. Mereka
merasa gembira dan bahagia bersamanya.
Ya, pendidik yang mengasihi dan dikasihi. Anak bukan takut padanya, namun mereka
sayang, hormat dan segan melanggar perintah dan kata-katanya.
Kita
bisa melihat bahwa Rasulullah saw selalu dekat dan akrab dengan anak-anak. Bukan hanya terhadap Alhasan dan Alhusein,
cucu beliau, tetapi juga anak-anak yang lainnya. Namun kedekatan beliau itu tidak membuat anak
berani berbuat semaunya, tanpa bisa diatur. Sebaliknya setiap nasehat dan
petuah beliau menghujam begitu dalam di hati mereka. Beliau adalah pendidik yang akrab lagi penuh
wibawa.
Demikian artikel ini kami tulis, semoga anak-anak
kita menjadi anak sholeh dan sholehah, dan menjadi generasi yang Rabbani, amiin
ya robbal ‘alamiin.
Semoga
manfaat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar